Mar 31, 2013

Empat Jenis Konsep Metode Perilaku Politik dalam Pengambilan Keputusan








MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Sistem Penunjang Keputusan



MAS SUBIYANTO
11130013



Program Studi Sistem Informasi
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
NUSA MANDIRI
Jakarta
2013




KATA PENGANTAR

     Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dimana dalam makalah ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul penulisan makalah yang penulis ambil adalah sebagai berikut: “Empat Jenis Konsep Metode Perilaku Politik dalam Pengambilan Keputusan.”
     Adapun tujuan penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Sistem Penunjang Keputusan. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan beberapa sumber literatur yang mendukung dalam penulisan ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Rico Brian Kotambunan selaku dosen mata kuliah Sistem Penunjang Keputusan yang telah banyak berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis.
     Penulis memnyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.
     Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.

Jakarta, 29 Maret 2013



MAS SUBIYANTO




DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ . 1
Kata Pengantar ................................................................................................ . 2
Daftar Isi ......................................................................................................... . 3
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... . 4
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... . 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... . 4
1.3. Tujuan ......................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan ........................................................................................ . 5
Pengertian Model Perilaku Politik ................................................................. . 5
Jenis Model Perilaku Politik .......................................................................... . 5
2.1. Tawar-menawar inkremental (incremental Bargaining) ........................ . 6
2.2. Mixed-scanning ........................................................................................ . 7
2.3. Agregative ................................................................................................ . 8
2.4. Keranjang Sampah (The Garbage Cane) ................................................. . 8
BAB III Penutup .............................................................................................. . 12
Kesimpulan ..................................................................................................... . 12
Daftar Pustaka ................................................................................................. . 14



BAB PENDAHULUAN I

1.1.  LATAR BELAKANG MASALAH

Untuk memenuhi tugas makalah Sistem Penunjang Keputusan
1.2.  Rumusan Masalah
a)   Apa definisi dan konsep model perilaku politik?
b)  Apa definisi dan konsep 4 jenis metode perilaku politik  diantaranya Tawar-menawar inkremental (incremental Bargaining), Mixed-scanning, Agregative dan Keranjang Sampah (The Garbage Cane) dalam pengambilan keputusan?
c)   Bagaimana asumsi dan pengembangan 4 jenis konsep metode perilaku politik dalam pengambilan keputusan
1.3.  Tujuan
a)   Mahasiswa dapat mengetahui 4 konsep metode perilaku politik beserta contohnya
b)  Mahasiswa dapat lebih mengembangkan dan menggunakan keputusan, hubungannya dengan manajemen dan menilai bagaimana nilai keputusan berkaitan dengan 4 konsep metode perilaku politik tersebut




BAB II PEMBAHASAN

     Definisi pengambilan keputusan adalah “proses merespon terhadap suatu masalah dengan mencari dan menyeleksi berbagai solusi atau tindakan tertentu yang akan menciptakan nilai bagi stakeholders/organisasi” (R. Jones Gareth: 1995).
     Dengan dasar definisi pengambilan keputusan diatas maka diambilah beberapa pendekatan alternatif dalam pengambilan keputusan salah satu diantaranya adalah model berdasar perilaku politik dalam pengambilan keputusan.
     Kemudian model perilaku Politik yang diklasifikasi menjadi 4 model. Diantaranya adalah sebagai berikut.
a)   Tawar-menawar inkremental (incremental Bargaining)
b)   Mixed-scanning
c)   Agregative
d)   Keranjang Sampah (The Garbage Cane)

     Perlu diketahui sebelum menjelaskan konsep 4 model jenis perilaku politik satu persatu diatas alangkah lebih baiknya kita perlu ketahui pengertian dan konsep model perilaku politik dalam pengambilan keputusan.
     Definisi Model Perilaku Politik adalah model yang mempertimbangkan praduga keputusan-keputusan membawa kotak ke proses pengambilan keputusan. Model politik ini berguna untuk membuat keputusan tidak terprogram dengan kondisi ketidakmenentuan, terbatasnya informasi, dan manajer saling berbantahan seputar tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang harus dibuat. Dalam organisasi, kerap masing-masing manajer mengejar tujuan yang berbeda dan mereka harus bicara satu sama lain untuk sharing informasi dan meraih kesepakatan.
     Untuk membangun kesepakatan dan mengejar tujuan, para manajer membangun koalisi. Koalisi adalah aliansi informal di antara para manajer yang mendukung tujuan spesifik yang sama. Model Politik paling mendekati situasi pembuatan keputusan yang sesungguhnya. Asumsi yang mendasari model ini adalah:
v Organisasi terdiri atas sejumlah kelompok yang beda kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai. Biasanya para manajer menunjukkan kondisi saling tidak setuju, punya prioritas sendiri-sendiri, dan mungkin tidak saling memahami berbagai tujuan dari pengambilan keputusan tersebut.
v Informasi bersifat ambigu dan tidak lengkap. Upaya untuk rasional dibatasi oleh kerumitan dari sejumlah masalah seperti halnya dengan hambatan-hambatan personal dan keorganisasian.
v Manajer tidak punya waktu, sumber daya atau kapasitas mental untuk mengidentifikasi seluruh dimensi masalah dan memproses infomasi-informasi yang relevan. Manajer saling bicara satu sama lain dan bertukar sudut pandang guna memperoleh informasi dan mengurangi ambiguitas.
v Manajer terlibat dalam tarik ulur perdebatan untuk memutuskan tujuan pengambilan keputusan seraya mendiskusikan alternatif keputusan. Keputusan yang dihasilkan adalah hasil tawar menawar dan diskusi di antara anggota koalisi.

2.1. Metode tawar-menawar inkremental (incremental-bargaining)
       Metode tawar-menawar inkremental (incremental-bargaining) yaitu penyelesaian pengambilan keputusan melalui negosiasi. Metode ini merupakan model paling mendasar dalam aktivitas organisasi. Karakteristik dari inkrementalisme ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijaksanaan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil dan karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.
       Hasil keputusannya diperoleh melalui proses tawar-menawar yang melelahkan dan persuasif melalui perdebatan dan negosiasi. Dalam persidangan badan perwakilan rakyat, metode ini paling banyak digunakan, bahkan juga dikalangan birokrasi apabila mereka membahas anggaran.
       Meskipun demikian model Inkremental juga mengurangi banyak alternatif. Pertimbangannya pada alternatif yang cenderung sama, analisisnya berbeda antara keadaan yang ada dengan tujuan hasil  yang mengabaikan hasil dari selain dari perhatian pengambil keputusan. Dengan pendekatan ini, kompleksitas dari pengambilan keputusan secara dramatis terkurangi dan dapat di atur.
Secara ringkas pendekatan inkremental mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya:
a.      Analisis akhir yang berarti adalah tidak cocok karena setting tujuan dan pembuatan alternatif terjadi secara simultan
b.     Solusi yang baik adalah hal utama disaat pembuat keputusan memilih tidak memperhatikan tujuan
c.      Alternatif-alternatif dan outcomes secara drastis mengurangi dengan mempertimbangkan hanya pilihan yang mirip dengan keadaan sekarang
d.     Analisis ditekankan untuk membedakan antara situasi yang ada dengan alternatif dari tujuan
e.      Metode inkremental menjauhkan diri dari teori yang disukai dari perbandingan konkrit dan alternatif praktek

2.2. Metode Mixed Scanning
       Metode ini menawarkan suatu kompromi antara keputusan rasional dan inkrementalisme. Maksud kompromi di sini ialah bahwa para pengambil keputusan dimungkinkan membuat keputusan-keputusan besar yang mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan dengan, ruang lingkup terbatas. Mereka dapat menggabungkan kedua perspektif tersebut, yaitu yang berjangka panjang dan luas dengan yang sempit bertahap, dengan maksud mencegah mereka membuat keputusan inkremental yang kurang melihat jauh kedepan.
       Prinsip-prinsip mixed scanning sangat jelas. Adapun dalam kenyataanya, ada tujuh aturan lanjutan mendasar untuk strategi ini seperti telah diringkas oleh Wayne Hoy dan John Tarter (2003) sebagai berikut:
a.      Gunakan trial error yang terfokus
b.     Untuk sementara proses dengan hati-hati
c.      Jika tidak pasti, tangguhkan
d.     Teguhkan keputusanmu
e.      Jika tidak pasti, pecah keputusan menjadi beberapa bagian
f.      Tahan keraguanmu
g.     Bersiaplah untuk memutar balik keputusanmu
Selain itu, mixed scanning memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:
a.      Luasnya kebijakan organisasi (memungkinkan) memberikan arahan untuk keputusan incremental yang sementara
b.     Keputusan yang baik memiliki hasil yang memuaskan yang konsisten dengan kebijakan dan misi organisasi
c.      Pencarian alternatif menjadi terbatas untuk menutup masalah
d.     Analisis berdasarkan asumsi dari informasi penting yang hilang tetapi tindakannya diperlukan sekali
e.      Teori, pengalaman dan perbandingan berturut-turut digunakan secara bersama

2.3. Metode agregatif (agregative methods)
       Metode ini mencakup, teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Seringkali metode ini memanfaatkan konsultan dan tim-tim staf yang bekerja keras dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan politik. Konsensus dan peran serta merupakan karakteristik utama dan metode agregatif.

2.3. Metode keranjang sampah (the garbage-cane)
       Disebut juga dengan istilah nondecision ­making model yang berarti pengambilan keputusan yang tidak rasional. Model ini dikembangkan oleh March dan Olsen. Dalam model keranjang-sampah menolak model rasional, bahkan rasional inkremental yang sederhana sekalipun. Model tersebut lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam pengambilan keputusan, isu yang bermacam-macam dari peserta pengambil keputusan, dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu.
       Seringkali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok. Dalam membahas alternatif-alternatif, justru yang paling banyak diungkapkan ialah tujuan dan sasaran, tetapi tidak mengevaluasi cara terbaik untuk mencapai tujuan dan sasaran itu. Pembahasan tentang pengambilan keputusan diwarnai oleh kepentingan pribadi, persekutuan, mitos, konflik, pujian dan tuduhan, menggalang persahabatan baru, melepas ikatan lama, mencari kebenaran dan menampilkan kekuasaan.
       Terlepas dari hal diatas apa yang disebut model tempat sampah adalah model yang menjelaskan mengenai kecenderungan tindakan dimana lebih sering terjadi pada organisasi yang mengalami kondisi ketidakpastian dengan tingkat yang luar biasa tinggi. Michael Cohen, James March, dan Johan Olsen (1972), para tokoh yang membidangi lahirnya model ini, menyebutkan bahwa organisasi semacam itu berusaha untuk meredam kekacauan-kekacauan yang ada di dalamnya. Organisasi jenis ini dicirikan dengan; pendapat-pendapat yang menuai masalah, ketidakjelasan terhadap teknologi, dan anggota organisasi yang datang dan pergi.
       Karakteristik dasar dari model tempat sampah ini adalah bahwa proses pengambilan keputusan tidak dimulai ketika munculnya masalah dan tidak berakhir ketika solusi masalah telah ditemukan, melainkan keputusan-keputusan yang diambil merupakan produk dari aliran-aliran gagasan independen yang merupakan hasil pemikiran dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan organisasi (Cohen, March dan Olsen, 1972; Cohen dan March, 1974; March, 1982; Estler, 1988; Daft, 1989, Tarter dan Hoy, 1998; Slater dan Boyd, 1999).
       Empat jenis gagasan berikut ini secara khusus memiliki relevansi dengan proses pengambilan keputusan dalam organisasi ketika organisasi tersebut berusaha mengatur dan meredam kekacauan di dalamnya:
ü  Masalah merupakan inti dari ketidakpuasan yang perlu diperhtikan; bagaimanapun juga Masalah tidak selalu seiring dengan solusi dan pilihan-pilihan jalan keluar.
ü  Solusi merupakan ide-ide yang dapat diambil, namun keberadaannya tidak bergantung dengan ada atau tidaknya masalah.
ü  Partisipan/Anggota adalah para anggota organisasi yang datang dan pergi. Karena para personel organisasi terus mengalir (baca: datang dan pergi), masalah yang dihadapi dan solusi dapat berubah secara cepat.
ü  Kesempatan Memilih adalah kondisi-kondisi dimana organisasi diharapkan untuk bisa membuat keputusan – sebagai contoh, kontrak harus ditandatangani, orang-orang dipekerjakan dan dipecat, pengeluaran anggaran dana, dan alokasi sumber daya.
       Dengan empat elemen utama tersebut diatas, pola organisasi secara keseluruhan dalam mengambil keputusan memiliki sifat acak. Pembuat keputusan dalam sebuah organisasi tidak merasa perlu untuk membuat keputusan ketika tengah terjadi sesuatu sampai pada saat masalah yang muncul memiliki kecocokan dengan pengalaman mereka sebelumnya dalam mengatasi masalah (Hall, 1987).
       Dalam model tempat sampah, organisasi dipandang sebagai sebuah perangkat pencarian terhadap pilihan-pilihan untuk menghadapi masalah, pencarian gagasan dan sensitifitas untuk menemukan tempat dimana terdapat keputusan yang bisa membuat mereka bernafas, pencarian solusi untuk pertanyaan–pertanyaan yang bisa mereka jawab, dan pencarian terhadap sang pembuat keputusan untuk dipekerjakan (Cohen, March, dan Olsen, 1972).
       Tidak ada keraguan bahwa model tempat sampah ini dapat menjadi kiasan/gambaran elemen-elemen isi dari kebenaran, dan menjadi sebuah deskripsi yang baik tentang bagaimana sebuah keputusan dapat dihasilkan dalam beberapa situasi, namun ia tidak dapat dibuat di situasi yang lain. Model ini telah mendapat dukungan dari beberapa hasil penelitian terhadap organisasi yang berbeda–beda (Sproull, Weiner, dan Wolf, 1978; Broomily, 1985; Levit dan Nass, 1989), namun penelitian terkini lainnya mempertanyakan kegunaan/manfaat model ini sebagai model umum pengambilan keputusan, walaupun dalam organisasi yang penuh kompleksitas, ketidakpastian, diskontinyuitas, dan kekuatan politik (Janis dan Mann, 1977; Padgett: 1980; Hickson dkk, 1986; Pinfield, 1986; Heller dkk, 1988). Secara garis besar, model tempat sampah memiliki karakteristik khas seperti berikut ini:
§  Tujuan-tujuan organisasi muncul secara spontan, mereka tidak disusun dulu sebelumnya.
§  Awal dan akhir merupakan dua hal yang tidak saling terkait, kesempatan ataupun kebetulan yang menghubungkan keduanya.
§  Keputusan yang baik adalah keputusan yang dibuat ketika masalah yang muncul bertemu dengan solusi yang tepat.
§  Sebuah keputusan lebih didasarkan pada kesempatan ketimbang rasionalitas.
§  Pengambil keputusan memeriksa setiap solusi yang tersedia, masalah yang ada,partisipannya dan kemungkinan–kemungkinan untuk mempertemukan ketiga hal tersebut dalam sebuah titik yang sama.
       Dengan demikian, gambaran model tempat sampah ini merupakan sebuah deskripsi tentang bagaimana sebuah keputusan itu kadang-kadang diambil; ini bukanlah merupakan sebuah saran untuk dilakukan.




PENUTUP III

Kesimpulan
1.     Model politik sangat berguna untuk membuat suatu keputusan yang tidak terprogram dengan kondisi ketidakmenentuan, terbatasnya informasi, dan manajer saling berbantahan seputar tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang harus dibuat.
2.     4 jenis metode perilaku politik  diantaranya Tawar-menawar inkremental (incremental Bargaining), Mixed-scanning, Agregative dan Keranjang Sampah (The Garbage Cane)
3.     Ada 4 asumsi yang mendasari model politik dalam pengambilan keputusan diantaranya :
§  Organisasi terdiri atas sejumlah kelompok yang beda kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai.
§  Informasi bersifat ambigu dan tidak lengkap.
§  Manajer tidak punya waktu, sumber daya atau kapasitas mental untuk mengidentifikasi seluruh dimensi masalah dan memproses infomasi-informasi yang relevan.
§  Manajer terlibat dalam tarik ulur perdebatan untuk memutuskan tujuan pengambilan keputusan seraya mendiskusikan alternatif keputusan.
4.     Metode tawar menawar. Metode ini yang justru dipandang sebagai model paling mendasar dalam aktivitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui negosiasi. Karakteristik dari inkrementalisme ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijaksanaan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil dan karenanya tidak tidak terlalu jauh dari status quo.
5.     Strategi Mixed Scanning terdiri atas dua komponen, yaitu:
v Beberapa ciri dari strategi optimasi dikombinasikan dengan strategi eliminasi aspek digunakan sebagai dasar kebijakan keputusan dan merupakan arah kebijakan dasar.
v Proses secara incremental (didasarkan atas bentuk sederhana dari strategi kepuasan) diikuti dengan keputusan minor setelah arah kebijakan dasar ditentukan.
6.     Metode agregatif. Mencakup antara lain teknik Delphi dan teknik – teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Sering kali metode ini memanfaatkan konsultan dan tim-tim staf yang bekerja keras dalam merumuskan kebijaksanaan – kebijaksanaan politik.
7.     Metode keranjang sampah. Metode ini menolak model rasional , bahkan rasional yang sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik pada pengambilan keputusan dan pada masalah – masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok. Dalam membahas alternative- alternative, justru yang paling banyak di ungkapkan ialah tujuan dan sasaran, tetapi tidak mengevaluasi cara terbaik untuk mencapai tujuan dan sasaran itu.





DAFTAR PUSTAKA


Wayne K. Hoy & Cecil G. Miskel, Educational Administration, Theory, Research, and Practice, Mc Graw-Hill, International Edition, New York, 2005
Effectivegoals.perbanas.ac.id. 2011. Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen.

Febriyanto, Iwan Ismi. 2012. Model Pengambilan Keputusan. Diambil dari : http://sosialitadanpolitik.blogspot.com/2012/10/model-pengambilan-keputusan-dalam.html (Oktober 2012)

Ardian, Rio. 2012. Proses dan Contoh Pengambilan Keputusan. Diambil dari : http://tugasrioardian.blogspot.com/2012/02/proses-dan-contoh-pengambilan-keputusan.html (Februari 2012)

Zhara, Dhea. 2010. Pengambilan Keputusan. Diambil dari : http://dheazhara.wordpress.com/2010/10/18/pengambilan-keputusan/

No comments :

Post a Comment

silakan masukan komentar anda?