MAKALAH
Dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas Sistem Penunjang Keputusan
MAS SUBIYANTO
11130013
Program
Studi Sistem Informasi
Sekolah
Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
NUSA
MANDIRI
Jakarta
2013
Puji
syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dimana dalam makalah ini penulis sajikan
dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul penulisan makalah yang penulis
ambil adalah sebagai berikut: “Empat
Jenis Konsep Metode Perilaku Politik dalam Pengambilan Keputusan.”
Adapun
tujuan penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah
Sistem Penunjang Keputusan. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan
beberapa sumber literatur yang mendukung dalam penulisan ini. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak
Rico Brian Kotambunan selaku dosen mata kuliah Sistem Penunjang Keputusan
yang telah banyak berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis.
Penulis
memnyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk
itu penulis mohon kritik dan saran bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan di masa yang akan datang.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca yang berminat pada umumnya.
Jakarta, 29 Maret 2013
MAS SUBIYANTO
DAFTAR ISI
Halaman Judul
................................................................................................ . 1
Kata
Pengantar ................................................................................................ . 2
Daftar Isi ......................................................................................................... . 3
BAB I Pendahuluan
......................................................................................... . 4
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... . 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... . 4
1.3. Tujuan ......................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan
........................................................................................ . 5
Pengertian
Model Perilaku Politik ................................................................. . 5
Jenis Model
Perilaku Politik .......................................................................... . 5
2.1.
Tawar-menawar inkremental (incremental Bargaining)
........................ . 6
2.2. Mixed-scanning ........................................................................................ . 7
2.3. Agregative ................................................................................................ . 8
2.4.
Keranjang Sampah (The Garbage Cane) ................................................. . 8
BAB III
Penutup .............................................................................................. . 12
Kesimpulan ..................................................................................................... . 12
Daftar
Pustaka ................................................................................................. . 14
BAB PENDAHULUAN I
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Untuk memenuhi tugas makalah Sistem
Penunjang Keputusan
1.2. Rumusan Masalah
a)
Apa definisi dan
konsep model perilaku politik?
b) Apa
definisi dan konsep 4 jenis metode perilaku politik diantaranya Tawar-menawar inkremental (incremental Bargaining), Mixed-scanning,
Agregative dan Keranjang Sampah (The
Garbage Cane) dalam pengambilan keputusan?
c)
Bagaimana asumsi
dan pengembangan 4 jenis konsep metode perilaku politik dalam pengambilan
keputusan
1.3. Tujuan
a)
Mahasiswa dapat
mengetahui 4 konsep metode perilaku politik beserta contohnya
b) Mahasiswa
dapat lebih mengembangkan dan menggunakan keputusan, hubungannya dengan
manajemen dan menilai bagaimana nilai keputusan berkaitan dengan 4 konsep
metode perilaku politik tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
pengambilan keputusan adalah “proses
merespon terhadap suatu masalah dengan mencari dan menyeleksi berbagai solusi
atau tindakan tertentu yang akan menciptakan nilai bagi
stakeholders/organisasi” (R. Jones Gareth: 1995).
Dengan dasar definisi pengambilan keputusan
diatas maka diambilah beberapa pendekatan alternatif dalam pengambilan
keputusan salah satu diantaranya adalah model berdasar perilaku politik dalam
pengambilan keputusan.
Kemudian model perilaku Politik yang
diklasifikasi menjadi 4 model. Diantaranya adalah sebagai berikut.
a)
Tawar-menawar
inkremental (incremental Bargaining)
b)
Mixed-scanning
c)
Agregative
d)
Keranjang
Sampah (The Garbage Cane)
Perlu diketahui sebelum menjelaskan konsep
4 model jenis perilaku politik satu persatu diatas alangkah lebih baiknya kita
perlu ketahui pengertian dan konsep model perilaku politik dalam pengambilan
keputusan.
Definisi
Model Perilaku Politik adalah model yang mempertimbangkan praduga
keputusan-keputusan membawa kotak ke proses pengambilan keputusan. Model
politik ini berguna untuk membuat keputusan tidak terprogram dengan kondisi
ketidakmenentuan, terbatasnya informasi, dan manajer saling berbantahan seputar
tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang harus dibuat. Dalam
organisasi, kerap masing-masing manajer mengejar tujuan yang berbeda dan mereka
harus bicara satu sama lain untuk sharing informasi dan meraih kesepakatan.
Untuk membangun kesepakatan dan mengejar
tujuan, para manajer membangun koalisi. Koalisi adalah aliansi informal di
antara para manajer yang mendukung tujuan spesifik yang sama. Model Politik
paling mendekati situasi pembuatan keputusan yang sesungguhnya. Asumsi yang
mendasari model ini adalah:
v Organisasi terdiri
atas sejumlah kelompok yang beda kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai.
Biasanya para manajer menunjukkan kondisi saling tidak setuju, punya prioritas
sendiri-sendiri, dan mungkin tidak saling memahami berbagai tujuan dari
pengambilan keputusan tersebut.
v Informasi bersifat
ambigu dan tidak lengkap. Upaya untuk
rasional dibatasi oleh kerumitan dari sejumlah masalah seperti halnya dengan
hambatan-hambatan personal dan keorganisasian.
v Manajer tidak punya
waktu, sumber daya atau kapasitas mental untuk mengidentifikasi seluruh dimensi
masalah dan memproses infomasi-informasi yang relevan.
Manajer saling bicara satu sama lain dan bertukar sudut pandang guna memperoleh
informasi dan mengurangi ambiguitas.
v Manajer
terlibat dalam tarik ulur perdebatan untuk memutuskan tujuan pengambilan
keputusan seraya mendiskusikan alternatif keputusan. Keputusan yang dihasilkan
adalah hasil tawar menawar dan diskusi di antara anggota koalisi.
2.1. Metode tawar-menawar inkremental (incremental-bargaining)
Metode
tawar-menawar inkremental (incremental-bargaining)
yaitu penyelesaian pengambilan keputusan melalui negosiasi. Metode ini
merupakan model paling mendasar dalam aktivitas organisasi. Karakteristik dari
inkrementalisme ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijaksanaan terjadi dalam
bentuk langkah-langkah kecil dan karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.
Hasil
keputusannya diperoleh melalui proses tawar-menawar yang melelahkan dan
persuasif melalui perdebatan dan negosiasi. Dalam persidangan badan perwakilan
rakyat, metode ini paling banyak digunakan, bahkan juga dikalangan birokrasi
apabila mereka membahas anggaran.
Meskipun demikian
model Inkremental juga mengurangi banyak alternatif. Pertimbangannya pada alternatif
yang cenderung sama, analisisnya berbeda antara keadaan yang ada dengan tujuan
hasil yang mengabaikan hasil dari selain
dari perhatian pengambil keputusan. Dengan pendekatan ini, kompleksitas dari
pengambilan keputusan secara dramatis terkurangi dan dapat di atur.
Secara ringkas pendekatan inkremental mempunyai ciri-ciri
khusus diantaranya:
a.
Analisis akhir yang berarti adalah tidak cocok
karena setting tujuan dan pembuatan alternatif terjadi secara simultan
b.
Solusi yang baik adalah hal utama disaat pembuat
keputusan memilih tidak memperhatikan tujuan
c.
Alternatif-alternatif dan outcomes secara drastis mengurangi dengan mempertimbangkan hanya
pilihan yang mirip dengan keadaan sekarang
d.
Analisis ditekankan untuk membedakan antara situasi
yang ada dengan alternatif dari tujuan
e.
Metode inkremental menjauhkan diri dari teori
yang disukai dari perbandingan konkrit dan alternatif praktek
2.2. Metode Mixed Scanning
Metode ini
menawarkan suatu kompromi antara keputusan rasional dan inkrementalisme. Maksud
kompromi di sini ialah bahwa para pengambil keputusan dimungkinkan membuat keputusan-keputusan
besar yang mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan dengan,
ruang lingkup terbatas. Mereka dapat menggabungkan kedua perspektif tersebut,
yaitu yang berjangka panjang dan luas dengan yang sempit bertahap, dengan
maksud mencegah mereka membuat keputusan inkremental yang kurang melihat jauh
kedepan.
Prinsip-prinsip mixed scanning sangat jelas. Adapun
dalam kenyataanya, ada tujuh aturan lanjutan mendasar untuk strategi ini
seperti telah diringkas oleh Wayne Hoy
dan John Tarter (2003) sebagai berikut:
a.
Gunakan trial
error yang terfokus
b.
Untuk sementara proses dengan hati-hati
c.
Jika tidak pasti, tangguhkan
d.
Teguhkan keputusanmu
e.
Jika tidak pasti, pecah keputusan menjadi
beberapa bagian
f.
Tahan keraguanmu
g.
Bersiaplah untuk memutar balik keputusanmu
Selain itu, mixed
scanning memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:
a.
Luasnya kebijakan organisasi (memungkinkan)
memberikan arahan untuk keputusan incremental yang sementara
b.
Keputusan yang baik memiliki hasil yang
memuaskan yang konsisten dengan kebijakan dan misi organisasi
c.
Pencarian alternatif menjadi terbatas untuk
menutup masalah
d.
Analisis berdasarkan asumsi dari informasi
penting yang hilang tetapi tindakannya diperlukan sekali
e.
Teori, pengalaman dan perbandingan
berturut-turut digunakan secara bersama
2.3. Metode agregatif (agregative methods)
Metode ini
mencakup, teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Seringkali metode
ini memanfaatkan konsultan dan tim-tim staf yang bekerja keras dalam merumuskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan politik. Konsensus dan peran serta merupakan
karakteristik utama dan metode agregatif.
2.3. Metode keranjang
sampah (the garbage-cane)
Disebut juga
dengan istilah nondecision making model yang berarti pengambilan keputusan
yang tidak rasional. Model ini dikembangkan oleh March dan Olsen. Dalam
model keranjang-sampah menolak model rasional, bahkan rasional inkremental yang
sederhana sekalipun. Model tersebut lebih tertarik pada karakter yang
ditampilkan dalam pengambilan keputusan, isu yang bermacam-macam dari peserta
pengambil keputusan, dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu.
Seringkali
keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam
kelompok. Dalam membahas alternatif-alternatif, justru yang paling banyak
diungkapkan ialah tujuan dan sasaran, tetapi tidak mengevaluasi cara terbaik
untuk mencapai tujuan dan sasaran itu. Pembahasan tentang pengambilan keputusan
diwarnai oleh kepentingan pribadi, persekutuan, mitos, konflik, pujian dan
tuduhan, menggalang persahabatan baru, melepas ikatan lama, mencari kebenaran
dan menampilkan kekuasaan.
Terlepas dari hal
diatas apa yang disebut model tempat sampah adalah model yang menjelaskan
mengenai kecenderungan tindakan dimana lebih sering terjadi pada organisasi
yang mengalami kondisi ketidakpastian dengan tingkat yang luar biasa tinggi. Michael Cohen, James March, dan Johan Olsen
(1972), para tokoh yang membidangi lahirnya model ini, menyebutkan bahwa
organisasi semacam itu berusaha untuk meredam kekacauan-kekacauan yang ada di
dalamnya. Organisasi jenis ini dicirikan
dengan; pendapat-pendapat yang menuai masalah, ketidakjelasan terhadap
teknologi, dan anggota organisasi yang datang dan pergi.
Karakteristik dasar dari model
tempat sampah ini adalah bahwa proses pengambilan keputusan tidak dimulai
ketika munculnya masalah dan tidak berakhir ketika solusi masalah telah
ditemukan, melainkan keputusan-keputusan yang diambil merupakan produk dari
aliran-aliran gagasan independen yang merupakan hasil pemikiran dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan organisasi (Cohen, March dan Olsen, 1972; Cohen dan March, 1974; March, 1982;
Estler, 1988; Daft, 1989, Tarter dan Hoy, 1998; Slater dan Boyd, 1999).
Empat jenis gagasan berikut ini
secara khusus memiliki relevansi dengan proses pengambilan keputusan dalam
organisasi ketika organisasi tersebut berusaha mengatur dan meredam kekacauan
di dalamnya:
ü
Masalah merupakan inti dari ketidakpuasan yang perlu
diperhtikan; bagaimanapun juga Masalah tidak selalu seiring dengan solusi dan
pilihan-pilihan jalan keluar.
ü
Solusi merupakan ide-ide yang dapat diambil, namun
keberadaannya tidak bergantung dengan ada atau tidaknya masalah.
ü
Partisipan/Anggota adalah para anggota organisasi yang
datang dan pergi. Karena para personel organisasi terus mengalir (baca: datang
dan pergi), masalah yang dihadapi dan solusi dapat berubah secara cepat.
ü Kesempatan
Memilih adalah kondisi-kondisi dimana organisasi diharapkan untuk bisa membuat
keputusan – sebagai contoh, kontrak harus ditandatangani, orang-orang dipekerjakan
dan dipecat, pengeluaran anggaran dana, dan alokasi sumber daya.
Dengan
empat elemen utama tersebut diatas, pola organisasi secara keseluruhan dalam
mengambil keputusan memiliki sifat acak. Pembuat keputusan dalam sebuah
organisasi tidak merasa perlu untuk membuat keputusan ketika tengah terjadi
sesuatu sampai pada saat masalah yang muncul memiliki kecocokan dengan
pengalaman mereka sebelumnya dalam mengatasi masalah (Hall, 1987).
Dalam
model tempat sampah, organisasi dipandang sebagai sebuah perangkat pencarian
terhadap pilihan-pilihan untuk menghadapi masalah, pencarian gagasan dan
sensitifitas untuk menemukan tempat dimana terdapat keputusan yang bisa membuat
mereka bernafas, pencarian solusi untuk pertanyaan–pertanyaan yang bisa mereka
jawab, dan pencarian terhadap sang pembuat keputusan untuk dipekerjakan (Cohen,
March, dan Olsen, 1972).
Tidak ada
keraguan bahwa model tempat sampah ini dapat menjadi kiasan/gambaran
elemen-elemen isi dari kebenaran, dan menjadi sebuah deskripsi yang baik
tentang bagaimana sebuah keputusan dapat dihasilkan dalam beberapa situasi,
namun ia tidak dapat dibuat di situasi yang lain. Model ini telah mendapat
dukungan dari beberapa hasil penelitian terhadap organisasi yang berbeda–beda (Sproull, Weiner, dan Wolf, 1978; Broomily,
1985; Levit dan Nass, 1989), namun penelitian terkini lainnya
mempertanyakan kegunaan/manfaat model ini sebagai model umum pengambilan
keputusan, walaupun dalam organisasi yang penuh kompleksitas, ketidakpastian,
diskontinyuitas, dan kekuatan politik (Janis
dan Mann, 1977; Padgett: 1980; Hickson dkk, 1986; Pinfield, 1986; Heller dkk,
1988). Secara garis besar, model tempat sampah memiliki
karakteristik khas seperti berikut ini:
§ Tujuan-tujuan
organisasi muncul secara spontan, mereka tidak disusun dulu sebelumnya.
§ Awal dan akhir
merupakan dua hal yang tidak saling terkait, kesempatan ataupun kebetulan yang
menghubungkan keduanya.
§ Keputusan yang
baik adalah keputusan yang dibuat ketika masalah yang muncul bertemu dengan
solusi yang tepat.
§ Sebuah keputusan
lebih didasarkan pada kesempatan ketimbang rasionalitas.
§ Pengambil
keputusan memeriksa setiap solusi yang tersedia, masalah yang ada,partisipannya
dan kemungkinan–kemungkinan untuk mempertemukan ketiga hal tersebut dalam
sebuah titik yang sama.
Dengan
demikian, gambaran model tempat sampah ini merupakan sebuah deskripsi tentang
bagaimana sebuah keputusan itu kadang-kadang diambil; ini bukanlah merupakan
sebuah saran untuk dilakukan.
PENUTUP III
Kesimpulan
1.
Model politik
sangat berguna untuk membuat suatu keputusan yang tidak terprogram dengan
kondisi ketidakmenentuan, terbatasnya informasi, dan manajer saling berbantahan
seputar tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang harus dibuat.
2.
4 jenis metode
perilaku politik diantaranya Tawar-menawar
inkremental (incremental Bargaining),
Mixed-scanning, Agregative dan Keranjang Sampah (The Garbage Cane)
3.
Ada 4 asumsi yang mendasari model politik dalam
pengambilan keputusan diantaranya :
§ Organisasi
terdiri atas sejumlah kelompok yang beda kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai.
§ Informasi
bersifat ambigu dan tidak lengkap.
§ Manajer
tidak punya waktu, sumber daya atau kapasitas mental untuk mengidentifikasi
seluruh dimensi masalah dan memproses infomasi-informasi yang relevan.
§
Manajer
terlibat dalam tarik ulur perdebatan untuk memutuskan tujuan pengambilan
keputusan seraya mendiskusikan alternatif keputusan.
4. Metode
tawar menawar. Metode ini yang justru dipandang sebagai model paling mendasar
dalam aktivitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui negosiasi.
Karakteristik dari inkrementalisme ialah bahwa keputusan tentang suatu
kebijaksanaan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil dan karenanya tidak
tidak terlalu jauh dari status quo.
5. Strategi Mixed Scanning terdiri atas dua komponen, yaitu:
v
Beberapa
ciri dari strategi optimasi dikombinasikan dengan strategi eliminasi aspek
digunakan sebagai dasar kebijakan keputusan dan merupakan arah kebijakan dasar.
v
Proses
secara incremental (didasarkan atas bentuk sederhana dari strategi kepuasan)
diikuti dengan keputusan minor setelah arah kebijakan dasar ditentukan.
6. Metode
agregatif. Mencakup antara lain teknik Delphi dan teknik – teknik pengambilan
keputusan yang berkaitan. Sering kali metode ini memanfaatkan konsultan dan
tim-tim staf yang bekerja keras dalam merumuskan kebijaksanaan – kebijaksanaan
politik.
7. Metode
keranjang sampah. Metode ini menolak model rasional , bahkan rasional yang
sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik pada pengambilan keputusan dan pada
masalah – masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali keputusan yang diambil
tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok. Dalam
membahas alternative- alternative, justru yang paling banyak di ungkapkan ialah
tujuan dan sasaran, tetapi tidak mengevaluasi cara terbaik untuk mencapai
tujuan dan sasaran itu.
DAFTAR PUSTAKA
Wayne K. Hoy & Cecil G. Miskel, Educational Administration, Theory, Research, and Practice, Mc
Graw-Hill, International Edition, New York, 2005
Effectivegoals.perbanas.ac.id.
2011. Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen.
Diambil dari : http://effectivegoals.blog.perbanas.ac.id/2011/06/12/pengambilan-keputusan-dalam-manajemen/ (6 Desember 2011)
Febriyanto, Iwan Ismi. 2012.
Model Pengambilan Keputusan. Diambil dari : http://sosialitadanpolitik.blogspot.com/2012/10/model-pengambilan-keputusan-dalam.html (Oktober 2012)
Ardian, Rio. 2012. Proses dan Contoh Pengambilan
Keputusan. Diambil dari : http://tugasrioardian.blogspot.com/2012/02/proses-dan-contoh-pengambilan-keputusan.html (Februari 2012)
Zhara, Dhea. 2010. Pengambilan Keputusan. Diambil dari : http://dheazhara.wordpress.com/2010/10/18/pengambilan-keputusan/
No comments :
Post a Comment
silakan masukan komentar anda?