by Ahmad Husain on Thursday, January 24, 2013 at 10:36p
Tadi
malam, setelah keluar dari masjid setelah selesai sholat Isya' di
masjid yang dekat dengan rumah, saya berjalan kaki seorang diri pergi ke
sebuah kedai makan untuk makan malam. Pengunjung di kedai makan yang
saya tuju itu agak ramai dan bisa dikatakan hampir kebanyakan meja di
kedai tersebut sudah penuh. Saya memilih untuk duduk di salah sebuah
meja di bagian paling ujung seorang diri yang ketika itu tidak ada orang
di meja tersebut. Apabila pelayan datang saya mau memesan makanan yang
saya mau. Setelah beberapa saat pelayan tersebut pergi datanglah seorang
gadis muda berkulit cerah berjubah dan bertudung hitam gaya wanita Arab
ke meja saya seraya bertanya:
"Tuan, boleh saya duduk di sini..? anda lihat, tempat-tempat di meja lain semua sudah penuh.."
"Oh, ok.. tak apa. Silakan duduk.." jawab saya agak terkejut dengan sapaan gadis itu. Percakapan kami dalam bahasa Inggeris.
Kemudian
pelayan datang kepadanya dan dia hanya memesan 'fresh orange' untuk
minum. Setelah pelayan pergi saya memberanikan diri bertanya kepadanya
dengan rasa takut: "Kamu seorang diri saja? Dan kamu kelihatan bukan
orang Malaysia kan?"
Dia mengangkat wajahnya dari telefon ke arah
saya lalu menjawab dengan tersenyum: "Oh saya dari Korea Selatan, dan
saya ingin ke rumah seorang kawan.."
"Oh Korea Selatan.. sekarang
negara itu sedang terkenal dengan tarian Gangnam Style.." jawab saya
spontan sambil tersenyum dan menganguk-angguk sendirian tatkala mata
gadis itu kembali ke telefon sambil menggerak-gerakkan jarinya di atas
layar sentuh dan kadangkala dia juga tersenyum seorang diri melihat
sesuatu dari telefon.
"Gangnam Style..? Apa yang kamu tahu
tentangnya.. ia tarian yang dilaknat Tuhan. Saya menganggapnya
diilhamkan oleh Iblis kepada artis itu." jawabnya dengan nada yang tegas
dan berani.
"Oh ok ok, saya minta maaf..saya tak bermaksud menyinggung perasaan kamu.." jawab saya serta-merta.
Percakapan
terhenti seketika beberapa saat. Setelah kira-kira 15-20 minit pelayan
kembali datang dengan membawa pesanan saya dan minuman gadis itu.
"Kamu mau tahu apa yang saya tahu tentang Gangnam?" tanya gadis itu kepada saya.
"Jika
kamu berminat untuk bercerita kepada saya, saya akan mendengarnya…"
jawab saya dengan tenang sambil minum jus tembikai susu yang saya pesan.
"Ok
tunggu beberapa minit, setelah saya membalas pesan-pesan ini.."
jawabnya sambil jari-jemarinya ligat bermain di layar telefon.
Saya
hanya mengangguk-angguk sambil mengangkat kening dan mulai makan
makanan dengan sendok ke dalam mulut walaupun saya sadar bahawa makan
dengan menggunakan tangan itu lebih mengikutii Sunnah Rasulullah SAW.
"Baik, sekarang saya akan bercerita tentangnya.. ia sesuatu yang menarik tetapi kejam dan menakutkan." kata gadis itu kembali.
"Ok, seakan-akan ada satu perkara besar yang kamu ingin sampaikan kepada saya." jawab saya kembali sambil mulut mengunyah nasi.
Kemudian dia diam, kira-kira sepuluh detik, mengambil nafas lalu memulai ceritanya kepada saya:
"Di
Gangnam ada satu pertandingan kejam yang diadakan untuk gadis-gadis
muda untuk menjadi perempuan-perempuan simpanan bagi orang-orang kaya
dan para jutawan. Kebanyakan gadis muda yang ikut pertandingan tersebut
adalah mereka yang ingin mencoba nasib apabila gagal mencari pekerjaan
atau terlalu berharap untuk menikmati hidup mewah bersama orang-orang
kaya… mereka dijanjikan dengan hadiah yang sangat besar, mobil mewah,
jet peribadi dan rumah besar seperti istana dengan kolam renang jika
memenangi pertandingan tersebut."
Kemudian dia diam lagi... kali ini dia minum minuman 'fresh orange'.. dia diam dengan agak lama tanpa berkata apa-apa.
"Ok, kemudian..?" tukas saya lagi ingin tahu.
"Oh,
ia sesuatu yang amat dahsyat dan keji dan saya hampir tidak mahu
menceritakannya kepada kamu. Tapi saya akan coba ceritakannya juga agar
kamu dapat tahu apa kisah sebenarnya yang terjadi.." sambungnya lagi.
"Iya, silakan sambung lagi... saya memang ingin tahu tentangnya." balas saya lagi.
"Ok...
Pertandingan itu, untuk ikut ke tempat pertandingan tersebut, para
peserta yang terdiri dari perempuan-perempuan muda yang cantik
masing-masing disuruh menunggang seekor kuda kira-kira 500 meter dari
tempat para peserta berkumpul ke tempat pertandingan yang merupakan
sebuah istana besar dan mewah milik seorang jutawan di Gangnam. Kamu
bayangkan, mereka semuanya menunggang kuda dengan memakai kasut tumit
tinggi, baju tipis dan skirt pendek yang seksi sambil diiringi pihak
penyelenggara pertandingan dengan helikopter.."
"Setelah sampai di
sana mereka disambut oleh pihak penyelenggara di istana itu dan dibagi
menjadi dua kelompok. Setiap kelompok akan melalui dua rintangan yang
berbeda. Pertandingannya ialah melewati semua halangan untuk sampai ke
tujuan yang di tentukan. Ia seperti pertandingan ‘Wipe Out’ di TV jika
kamu pernah melihatnya. Setelah sampai di tujuan, para peserta yang
berhasil dari dua kelompok itu akan bertarung dengan temannya sendiri.
Jika pihak lawan tewas maka peserta yang masih bertahan akan dianggap
sebagai pemenang dan mendapat uang bernilai jutaan USD. rintangan itu
sangat berbahaya, namun para peserta hanya melakukannya dengan memakai
kasut tumit tinggi dan pakaian seksi mereka sambil disaksikan dan
disorak oleh para jutawan yang melihat aksi-aksi mereka tersebut dari
sebuah ruang balkoni ruangan mewah di istana tersebut. Saya tidak pasti
ia dirakam ataupun tidak. Terus-terang, ia adalah pertandingan bunuh
diri yang paling gila…"
"Ok, kemudian.. apa yang terjadi?" tanya saya mencelah dengan rasa penasaran.
"Satu
ketika di salah satu trek, para peserta disuruh memanjat palang-palang
besi untuk melintasi salah satu menara di istana tersebut, palang
tersebut sangat tinggi dan di bawahnya ada kolam renang. Di satu sudut
yang lain, para jutawan pula menyaksikan aksi-aksi peserta dari dalam
sebuah bilik mewah sambil menikmati hidangan dan minuman arak yang mahal
bersama gadis-gadis mereka."
"Banyak perserta ketika itu yang
terjatuh ke bawah ketika coba memanjat palang-palang besi tersebut. Ada
yang terhempas ke lantai dan kepalanya pecah. Ada yang patah tangan dan
kaki. Ada yang pecah badannya. Kolam renang tersebut penuh dengan darah
dan ada yang mati lemas ketika jatuh ke dalamnya setelah gagal untuk
berenang keluar dari kolam renang yang dalam tersebut. Mereka semua para
gadis yang tidak berupaya dan mereka sangat kasihan."
"Yang lebih
keji daripada itu, mereka yang cedera ketika itu tidak dibantu.. malah
dibiarkan saja untuk disorak dan ditertawakan oleh para jutawan yang
melihat mereka sepanjang pertandingan. Akhirnya apa yang saya tahu,
hanya dua orang gadis saja yang berhasil melepasi rintangan itu dari
keseluruhan 30 orang gadis yang ikut... saya diberitau walaupun dua
gadis itu akhirnya berhasil, mereka kini hidup dengan trauma dan penuh
ketakutan di sisi para jutawan gila tersebut. Mereka kini hidup seperti
hamba di dalam istana zaman purba. Tiada tamadun dan tiada akhlak...
hanya menjadi hamba suruhan lelaki-lelaki kaya yang merantai hidup
mereka saja. Lebih malang lagi gadis-gadis yang sudah terjerumus ke sana
tidak boleh lari dari golongan kaya gila itu. Jika coba untuk lari
kemungkinan mereka akan dibunuh."
Sampai di sini tiba-tiba gadis
itu sedih... wajahnya berubah dan air matanya serta-merta mengalir laju
dan menangis teresak-esak. Saya sudah tentu sangat terkejut dengan
perubahannya secara tiba-tiba itu, dan coba memujuknya,
"Hey,
please don't cry here… people will look to us. Please calm down. I'm
sorry so much to make you telling me this story…" kata saya kepadanya
perlahan dengan suara hampir berbisik.
Namun saya membiarkannya
dengan keadaannya itu untuk beberapa saat. Kemudian saya berkata
kepadanya: "Saya tak tahu apa sebenarnya yang membuat kamu menangis,
tapi saya sangat minta maaf karena disebabkan saya kamu menangis.
Sebenarnya saya sangat terkejut mendengar cerita kamu. Ia sesuatu yang
sangat dahsyat yang belum pernah saya mendengarnya sebelum ini.."
"Ia
ok... ia ok... ia ok..." (sambil mengesat air matanya dengan sapu
tangan miliknya)... maafkan saya karena tiba-tiba bersikap sedih tadi.
Kamu tahu, salah seorang gadis yang mati kerana pecah badannya ketika
jatuh di pinggir lantai kolam renang itu, ia adalah adik perempuan saya
sendiri... Ibu saya bunuh diri karenanya dan bapak saya menjadi gila.
Setelah ibu saya bunuh diri bapa saya sakit selama berbulan-bulan lalu
akhirnya meninggal dunia."
Pada waktu ini dia kembali diam
beberapa menit… saya pula tergumam dan tidak berkata apa-apa… setelah
itu dia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menyambung kembali kisahnya,
"Ibu-bapak
saya hanya memiliki dua orang anak perempuan dan adik saya sudah
menjadi mangsa kepada nafsu gila orang-orang kaya Korea."
"Setelah
selesai pertandingan tersebut, saya dihubungi seorang wanita yang
memberitahu bahwa adik saya telah pingsan dan cedera parah karena
kemalangan dan saya disuruh ke rumah sakit untuk melihatnya. Wanita itu
menyatakan dia mendapat nombor telfon saya dari adik saya. Ketika saya
dan ibu-bapak saya tiba di rumah sakit, kami diberitau adik saya telah
meninggal dunia. Saya memarahi wanita tersebut dan mendesaknya
bertubi-tubi untuk menceritakan kisah sebenarnya kepada saya... dan
akhirnya setelah beberapa hari dia menceritakan keseluruhan kisah ini
kepada saya. Setelah tahu kisah sebenarnya, kami sekeluarga berteriak
dan menangis macam orang gila karena tidak pernah menyangka adik saya
sanggup ikut pertandingan gila tersebut hanya untuk hidup mewah sebagai
gadis simpanan orang-orang kaya. Namun wanita itu berkata itu adalah
pilihan adik saya sendiri."
"Beberapa minggu kemudian ibu saya
bunuh diri pada satu malam dengan menelan aspirin sebanyak 200 biji.
Keesokan harinya ibu saya koma dan ketika saya dan bapak mengantarnya ke
rumah sakit, pada malam harinya dia meninggal dunia. Bapak saya pula
setelah itu sakit jiwa sebelum mengalami sakit tenat yang membawanya
meninggal dunia. Saya pula hidup tidak menentu dan mujurlah masih
mempunyai seorang sahabat wanita beragama Islam yang terus berjuang agar
saya dapat meneruskan kehidupan dengan tabah. Berulang-ulang kali dia
mengingatkan kepada saya bahwa kehidupan ini adalah anugerah Tuhan dan
orang yang beriman tidak akan berputus asa."
"Dan kerana itu saya melihat kamu kini sebagai seorang Muslimah..?" saya mencelah ceritanya.
"Alhamdulillah,
terima kasih kepada Tuhan. Sahabat saya itu telah membawa saya berjumpa
dengan seorang imam di bandar Seoul untuk memulihkan semangat hidup
saya. Imam itu mulai bercerita kepada saya tentang Allah, Islam dan Nabi
Muhammad. Saya menerima segala ajarannya dengan lapang hati seakan-akan
ia satu-satunya pilihan yang ada. Benar, Islam adalah satu cahaya yang
sangat terang seperti matahari dan mendamaikan seperti bulan purnama
yang kembali menyuluh seluruh hidup saya dan saya terus pindah ke agama
ini tanpa ragu-ragu. Dan kamu tahu tidak, jiwa saya terasa sangat-sangat
tenang dan damai ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran yang berkumandang
di ibu kota markas Islam di bandar Seoul. Imam itu salah seorang ahli
pengurusnya. Saya tidak pernah mendengar musik-musik yang sangat indah
seperti ayat-ayat Al-Quran sebelum ini dalam hidup saya."
Kini
suara gadis itu kembali gagah seraya berkata, "Alhamdulillah, saya
bersyukur karena diselamatkan Tuhan dan kembali dihidupkan semula
sebagai seorang Islam setelah saya kehilangan segala-galanya akibat
kekeringan jiwa masyarakat dunia terutama masyarakat Korea yang hidup
sesat tanpa agama. Mereka semua telah sesat tanpa panduan hidup yang
benar dari Tuhan."
Setelah itu dia diam dan meminum minumannya...
"Kisah
kamu amat menarik tetapi menakutkan. Apakah kamu sudah mengambil
tindakan undang-undang bagi pihak adik kamu, atau melaporkannya kepada
media atau berbuat sesuatu?" ujar saya kembali kepadanya.
"Lupakan
sajalah, saya sudah melaporkannya kepada pihak polis, sudah
menceritakannya kepada beberapa orang wartawan dan melaporkannya secara
bersumpah kepada beberapa orang pengacara. Pihak polisi enggan melakukan
pendakwaan karena tiada bukti-bukti yang kukuh mengenainya. Tiada video
dan tiada saksi-saksi lain yang mau tampil kepada pihak berkuasa selain
saya. Mungkin ada namun ia tidak memadai. Wanita yang membawa adik saya
ke rumah sakit itu juga sudah menghilangkan diri. Saya coba menghubungi
nombor telfon berali-kali namun dia tidak dapat dihubungi. Kali
terakhir saya mendengar tentangnya melalui seorang pengacara yang
mendapat khabarnya dari seorang detektif polisi bahwa dia sudah
meninggal dunia akibat kemalangan. Para pengacara lain dan wartawan yang
saya ceritakan kisah ini kepada mereka semuanya telah dibungkam untuk
tidak menyiarkannya kepada umum. Mungkin begitu juga yang terjadi kepada
korban yang lain. Laporan polisi di sana pula menyatakan gadis-gadis
yang meninggal dunia akibat cedera parah itu adalah karena rabung
palang-palang besi di istana itu roboh ke bawah ketika mereka semua
sedang berada di atasnya karena ketika pihak polisi sampai di sana
palang-palang besi itu sudah dirobohkan. Manakala korban yang masih
hidup masih mengalami trauma yang dahsyat dan ada yang cacat seumur
hidup walaupun mereka mendapat bayaran ganti rugi asuransi yang banyak.
Apa yang saya tahu mereka semuanya dibungkam akan dibunuh jika
menyiarkankan peristiwa sebenarnya kepada pihak polisi. Yang pasti di
sana wujud monster-monster besar yang menutupi kejadian ini termasuk
menteri-menteri kerajaan… ia berkaitan dengan uang dan kuasa. Dan sudah
tentu kamu tahu apa yang uang dan kuasa buat pada kita." jawabnya lagi
dengan panjang lebar yang sarat dengan hujah.
"Oh, ok... ia
sesuatu yang gila yang pernah saya dengar. Jadi sekarang berapa umur
kamu dan mengapa kamu berada di Malaysia? Dan... apa yang kamu lakukan
di Malaysia sekarang ini? Dan lagi… kapan peristiwa itu terjadi?" tanya
saya bertubi-tubi kepadanya dengan rasa ingin lebih tahu.
"Kamu tebak, berapa umur saya…?"
"Saya tidak mau menebak dan saya tidak tahu berapa umur kamu."
"Kisah
sedih itu hanya berlaku pada tahun lalu, dan saya tidak mau sebut apa
bulan dan harinya. Cukuplah kamu tahu ia berlaku pada tahun kemarin.
Kini saya berumur 29 tahun dan saya di berada di Malaysia kerana ingin
coba mendaftar kursus bahasa Arab di Universitas ******* dengan sahabat
wanita Muslimah saya dari Korea itu. Tadi saya bertemu-janji dengannya
untuk bertemu di sini. Kami rekan serumah dan dia tadi menziarahi rekan
kami orang Malaysia di kawasan ini. Saya sampai ke sini naik taksi.”
jawabnya berterus-terang dengan nada jujur.
"Oh, kamu sungguh
berani. Di Malaysia tidak banyak wanita yang berani naik taksi seorang
diri pada waktu malam. Terima kasih karena menceritakan kisah ini kepada
saya.. saya amat menghargainya dan mudah-mudahan suatu hari Allah akan
membalas dendam untuk kamu dan korban lain yang telah teraniaya..." kata
saya lagi kepadanya sambil mengangguk-angguk.
"Sudah
tentu...! Suatu hari nanti semua orang dan dunia akan tahu mengenai
kejahatan tersembunyi di bandar Gangnam yang dilaknat itu!" jawabnya
dengan nada yang keras.
"Kamu ingat artis yang mecipta lagu
Gangnam gila itu menyukai cara hidup bandar Gangnam..? Saya rasa dia
amat sinis tentangnya dan dia pernah berasa tertekan dengan cara hidup
di sana.. namun kini dia sudah menjadi sebagian dari mereka. Semoga
Tuhan melaknat mereka semua. Saya menyerahkan kepada Tuhan untuk
membalas segala kejahatan mereka."
"Whoa... kamu nampaknya sangat
marah dengan Gangnam..." balas saya sambil mengangkat kedua-dua kening
dan meminum jus tembikai susu yang masih berbaki menggunakan straw.
"Oh, jangan kamu berpura-pura seperti tiada perasaan dan tidak mempunyai perikemanusiaan.." balasnya kepada saya.
"Tidak,
tidak... saya benar-benar terkejut dan simpati dengan kisah kamu.
Bahkan di dibalik itu, saya dapat melihat kamu seorang yang tabah, kuat
dan berani." balas saya kembali untuk menenangkannya. Oh ya, apakah kamu
datang sini dengan biaya sendiri? Bagaimana dengan suami kamu dan kerja
kamu di Korea?" tanya saya kepadanya dengan menekan.
"Hahaha,
saya masih belum bersuami dan saya telah menjual segala apa yang saya
punya di Korea untuk datang ke sini. Saya mau belajar bahasa Arab di
sini dan merancang mau ke Mesir atau ke Islamic Center di Chicago
selepas ini untuk belajar lebih banyak tentang Islam di sana. Kamu juga
tahu, Timur Tengah kini tidak stabil dan saya masih ragu-ragu untuk ke
Timur Tengah. Imam yang mengislamkan saya itu pernah memberitahu saya
bahwa dahulunya dia belajar bahasa Arab dan agama Islam di Syria di
sebuah universitas yang namanya An-Nur." jawabnya dengan reaksi yang
kembali ceria sambil tersenyum.
"Oh dulu saya juga pernah belajar di Syria, dan universitas itu namanya Universitas Abu Nur." jawab saya.
"Oh benarkah? Ceritakan kepada saya tentang Syria... saya sengan bertemu dengan kamu." jawabnya dengan muka yang sangat gembira.
Sesampainya
di sini percakapan kami mulai bertukar topik kepada isu Syria dan
pergolakan di Timur Tengah serta topik-topik lain yang sudah tiada
kena-mengena dengan Gangnam. Saya juga bercerita sedikit tentang latar
belakang diri saya kepadanya sebagai membalas kisah hidupnya yang telah
dia ceritakan kepada saya.
Lama juga kami bercerita sejak jam 9.00
malam tadi. Kira-kira jam 10.30 malam rekan gadis itu datang ke kawasan
kedai tersebut dan gadis itu meminta izin untuk pergi. Dia membayar
segala pesanan makanan saya dan memperkenalkan dirinya sebagai Sofiyyah
dan rakannya bernama Nadiah. Katanya nama mereka berdua diberikan oleh
imam yang mengislamkan mereka di bandar Seoul merangkap guru murabbi
mereka di Korea Selatan. Saya pula beruntung karena makan malam saya ada
orang yang membayarkannya.
Mereka pernah lahir sebagai manusia
yang tidak pernah menganut agama di Korea namun kini Allah telah
memuliakan mereka dengan agama Islam yang suci. Saya tidak tahu sejauh
mana kebenaran cerita Sofiyyah tentang kisah yang terjadi kepada adiknya
di Gangnam. Kebenaran kisah tersebut saya serahkannya kepada Allah.
Namun saya berminat untuk menyebarkan kisah ini kepada para pembaca agar
para pembaca dapat membuat penilaian sendiri. Kisah tersebut mungkin
benar dan mungkin tidak benar. Namun, di sebalik kisah yang saya
pindahkan daripada Sofiyyah ini, dapatlah kita mengetahui sesuatu dan
menjadikannya sebagai pelajaran.
Apa yang saya suka dari pelajaran
ini ialah, saya melihat betapa Sofiyyah amat bersyukur dan menghargai
nikmat Islam yang dikurniakan Allah kepadanya. Dia sanggup meninggalkan
negerinya dan menjual segala hartanya demi mempelajari bahasa Arab di
bumi Malaysia bagi memahami Al-Quran, malah dia bercita-cita untuk terus
mengembara bagi mempelajari ilmu-ilmu Islam dan menjadi seorang
pendakwah Muslimah di negara Korea untuk Islamkan lebih banyak penduduk
Korea. Dia seorang yang amat berani, tabah dan cekal. Lihat saja,
bagaimana dia seorang diri berani menyapa seorang lelaki asing seperti
saya di awal kisah tadi. Apa yang saya lihat padanya, tidak ada rasa
takut di dalam dirinya dan harapan hidupnya telah sepenuhnya diserahkan
kepada Allah. Dia telah menjual seluruh jiwa dan raganya hanya kepada
Allah semata. Di balik kekuatan dirinya sekarang, saya juga yakin di
belakangnya ada seorang murabbi mursyid yang hebat, yaitu sang imam yang
telah mengislamkannya. Biasanya di balik orang-orang yang hebat, di
belakang mereka sudah tentu ada para pendidik yang jauh lebih hebat
lagi. Di dalam hati saya berkata sudah tentu peribadi sang imam itu
lebih hebat lagi karena berhasil memperbaiki diri Sofiyyah menjadi lebih
kuat sepertimana sekarang. Ia bukanlah sesuatu yang mudah untuk
memulihkan, mendidik dan membangunkan jiwa manusia yang sudah rusak
seperti Sofiyyah dan menjadikannya seorang srikandi yang gagah perkasa
jiwanya.
Sepanjang berjalan kaki pulang ke rumah, saya banyak
tertanya-tanya di dalam hati betapa kita ini begitu leka dan tidak
bersyukur dengan nikmat beragama Islam yang telah Allah anugerahkan
kepada kita sejak kita dilahirkan ke alam dunia.
Di dalam hati
saya sepanjang pulang, "Allahu Rabbi.... alhmdulillah, alhamdulillah,
alhamdulillah." Sambil kaki saya sekali menyepak batu-batu kecil di
jalanan dan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku baju putih kiri dan
kanan seraya muka menunduk ke arah tanah...
Sehingga saat ini saya
masih tetap berfikir sendirian, kisah Sofiyyah ini ialah apa yang saya
dengar berlaku di negara Korea yang maju.. bagaimana pula dengan
kisah-kisah gelap seperti kisah gadis-gadis Melayu Islam yang menjadi
pelacur kelas atasan di negara kita. Sudah tentu banyak juga kisah-kisah
gelap yang tidak pernah kita dengar tentang mereka. Sebelum ini saya
pernah juga mendengar mengenai kisah-kisah gelap di negara kita yang
dilindungi oleh orang-orang besar.
Allahu Allah, betapa buruknya
manusia menjadi hamba uang dan kuasa pada zaman ini... Ya Allah,
selamatkanlah kami di dunia dan di akhirat...
No comments :
Post a Comment
silakan masukan komentar anda?