Jan 12, 2010

Kisah Militan : Berani Mati dan Terlatih

Dalam sebuah riwayat disebutkan dari 8000 orang itu yang taat dan disiplin terhadap komando Thalut hanya sekitar 315 orang. Sementara tentara Jalut yang harus mereka hadapi 10000 orang. Lalu Allah swt menurunkan ketenangan terhadap mereka, setelah mereka berdoa dengan khusyuk ; “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS Al Baqarah (2):250)

Untuk menghadapi kekuatan yang tak sebanding itu, Thalut kemudian memutar otak, mengatur siasat untuk melumpuhkan pusat kekuatan musuh. Dalam benaknya kekuatan musuh terletak pada ketangguhan panglimanya, Jalut. Kalau Jalut dapat disirnakan, dia yakin moral pasukan Jalut akan turun dan itu berarti keberuntungan bagi pasukannya.
Persoalannya siapa yang berani menantang Jalut itu? Sementara Jalut memiliki tubuh tinggi, besar dan kokoh. Langkah-langkahnya perkasa, matanya menyala-nyala seperti monster dari kegelapan yang siap menerkam lawan-lawannya.
Kemudian Thalut membuat sayembara, prajurit-prajuritnya yang bisa mengalahkannya akan dijodohkan dengan putrinya. Selain itu, dia juga berhak atas sebagian hartanya. Dalam sayembara tersebut tak ada yang menyambutnya, kecuali Dawud (David), si pengembala kambing yang berperawakan kecil. Thalut meragukannya. Lalu ia mengumumkan untuk kedua dan ketiga kalinya. Tapi lagi-lagi tak ada yang sanggup maju kecuali Dawud. Gusar dengan keberanian si bocah gembala itu, Thalut pun mencercanya dengan pertanyaan “Apakah kamu mencoba kekuatanmu dengan sesuatu?” katanya meragukan Dawud
“Ya”, jawab Dawud
“Dengan apa?” Thalut Tanya lagi
“Suatu hari kambingku diserang oleh seekor serigala, maka aku pukul serigala itu dan aku potong kepalanya sampai terpisah dari badannya” sahutnya meyakinkan
“Serigala itu lemah” jawab Dawud lagi
“Apakah kamu punya pengalaman lain?” selidik Thalut masih bimbang
“Suatu hari kambingku diserang oleh singa. Maka aku pukul singa itu, lalu kupatahkan rahangnya menjadi dua,” jawab Dawud
“Apakah anda melihat Jalut lebih kuat dari singa itu?” balas Dawud
“Tidak”, kali ini Thalut menjawab mantap
Setelah itu, Thalut meminta Dawud mengenakan baju besinya. Ia juga menyediakan kuda tunggangannya untuk Dawud. Dawud menurutinya dan segera menuju arena. Namun, buru-buru ia keluar lagi karena ia merasa tidak terlatih dengan senjata baru pinjaman Thalut. Dawud ahli menggunakan ketapel. Ia turun dari kuda mengambil ketapel berikut kantong batu dan mengalungkannya di leher.
Melihat yang menantangnya adalah bocah kecil dengan ketapel yang dikalungkannya, Jalut terkekeh-kekeh. Tawanya menggelegar membuat kecut yang hadir. Tapi toh Dawud tetap maju. Tak terbersit kecemasan sedikit pun dalam roman mukanya.
Setelah saling meledek dan menghina, lalu keduanya merapat dengan siap dan sigap. Jalut berusaha menangkap Dawud. Tapi dengan gesit, Dawud menghindar sembari memasang batu di ketapel lalu ia mengucapkan bismillah dan melepaskan batu itu dengan kekuatan penuh. Batu melesat kea rah kepala Jalut dan membuatnya terjerembab kesakitan. Dawud menghampiri dan memenggal kepala Jalut lalu memasukkanya ke dalam kantong. Bersamaan dengan itu sorak-sorai pasukan Thalut membahana. Mereka lalu menyerbu pasukan Jalut dan mengalahkannya.
Dari sepenggal kisah di atas, apa I’tibar (hikmah) yang bisa diambil dari riwayat tersebut? Yaitu seorang militan adalah orang yang terlatih. Dawud memulai dari yang paling lemah yakni membunuh serigala, singa, sebelum mengalahkan Jalut. Dengan usaha keras itu membuahkan hasil manakala diikuti dengan keuletan dan kesabaran.

No comments :

Post a Comment

silakan masukan komentar anda?